Sabtu, 09 Januari 2010

Keridhaan Suami

Hendaknya dipahami oleh setiap wanita shalihah, bahwa keridhaan suami adalah kunci kebahagiaan hidupnya. Inilah yang seharusnya selalu diusahakan oleh setiap istri. Rasulullah saw. bersabda," Siapa saja wanita yang meninggal dunia dan suaminya ridha kepadanya, maka ia masuk surga." (Hadits Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim).
Rasulullah saw. bersabda, "Tidak dihalalkan bagi seorang istri berpuasa sunah ketika ada suaminya kecuali dengan izinnya. Juga tidak boleh istri mengizinkan seseorang masuk ke rumahnya melainkan dengan izin suaminya." (Bukhari, Muslim).
Rasulullah saw. bersabda, "Tiga orang yang tidak akan naik (pahala) shalat mereka dari kepala mereka walaupun sejengkal, yaitu; seorang lelaki yang mengimami suatu kaum padahal mereka membencinya, dan seorang istri yang bermalam padahal suaminya marah kepadanya, dan dua orang bersaudara yang saling bermusuhan." (Ibnu Majah).
Rasulullah saw. bersabda, 'Tiga macam orang yang shalatnya tidak akan diterima dan tidak akan sampai kebaikan mereka ke langit (tidak mendapatkan pahalanya), yaitu: hamba sahaya/ pembantu yang kabur dari tuan/ majikannya, sehingga ia kembali kepada tuannya, seorang istri yang dimarahi oleh suaminya, sehingga ia meridhainya, dan orang yang mabuk, sehingga ia sadar." (Ibnu Hibban, Baihaqi).
Salman Al-Farisi ra. meriwayatkan, bahwa suatu ketika Fatimah ra. berkunjung kepada Rasulullah. Ketika Rasulullah saw. melihatnya, kedua mata Fatimah mencucurkan air mata, dan raut mukanya berubah. Nabi saw. bertanya, "Mengapa engkau wahai anakku?" Fatimah ra. menjawab, "Ya Rasulullah, tadi malam aku dan Ali bergurau, dan telah timbul percakapan yang menyebabkan dia marah kepadaku, karena kata-kata yang terlontar dari mulutku. Ketika aku melihat bahwa dia (Ali) marah, aku menyesal dan merasa susah. Aku berkata kepadanya, "Hai kekasihku, kesayanganku, relakanlah akan kesalahanku, seraya aku mengelilinginya dan merayunya sebanyak tujuh puluh dua kali, sehingga dia menjadi rela dan tertawa kepadaku dengan segala kerelaannya, sedang aku tetap merasa takut kepada Tuhanku." Rasulullah bersabda kepada Fatimah ra., "Wahai anakku, demi Dzat yang telah mengutusku sebagai Nabi dengan agama yang haq, sesungguhnya sekiranya engkau mati sebelum Ali merelakanmu, maka aku tidak akan menshalati mayatmu." Kemudian beliau bersabda lagi, "Wahai anakku, Tidakkah engkau mengetahui bahwa kerelaan seorang suami itu merupakan kerelaan Allah dan kemarahan seorang suami itu merupakan murka Allah. Hai anakku, seorang wanita yang beribadah betul-betul seperti ibadahnya Maryam putri Imran, lalu suaminya tidak rela kepadanya, maka Allah tidak akan menerima (ibadah)nya. Hai anakku, amal yang paling utama bagi para wanita ialah ketaatan mereka kepada suaminya, dan sesudah itu tidak ada lagi amal yang paling utama daripada bercumbu (dengan suami). Hai anakku, duduk satu jam dalam bercumbu dengan suami, lebih baik bagi mereka daripada ibadah satu tahun, dan dicatat tiap-tiap pakaian yang dikenakan pada waktu bercumbu, seperti pahala seorang yang mati syahid. Hai anakku, sesungguhnya seorang wanita jika bercumbu, sehingga memakaikan pakaian untuk suaminya dan anak-anaknya, maka pasti baginya surga, dan Allah memberikan kepadanya dari tiap-tiap yang dikenakan, beraneka pakaian dan sebuah kota di surga."
Syaikh Abdul Halim Hamid mengatakan bahwa muslimah yang bijak adalah yang merasakan bahwa suaminya adalah orang yang serasi dengan dirinya. Adapun ketidakpunyaannya akan materi, apalah artinya. Hal itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap rumah tangganya, ia merasa ridha dengan apa yang dimiliki oleh suaminya.
Suri teladan bagi wanita shalihah adalah para wanita shalihah terdahulu yaitu para sahabiyah rha.. Lihatlah bagaimana mereka telah mendapatkan kunci tersebut dalam kehidupan mereka. Suatu ketika, Abu Darda ra. berpesan kepada istrinya, "Jika engkau mendapati aku sedang marah, maka maafkanlah. Dan jika aku mendapatimu sedang marah, maka telah kumaafkan. Dan kalau tidak demikian, kita tidak akan pernah bersahabat."
Imran bin Hathan ra. pernah berkata kepada istrinya -seorang wanita yang sangat cantik dan muda, sementara ia sendiri adalah lelaki yang tidak tampan dan kurang menarik, "Sesungguhnya aku dan kamu akan masuk surga, insya Allah." Istrinya bertanya, "Bagaimana itu bisa terjadi?" Jawab Imran, "Aku telah diberi oleh Allah istri secantik kamu, lalu aku bersyukur, dan engkau telah diberi oleh Allah suami semacam aku lalu engkau bersabar." (Ibnu Abi Rabah).
Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Maukah kuberitahukan kepadamu, bekal istrimu di surga?" Para sahabat ra. menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Yaitu setiap istri yang penuh kasih sayang dan banyak anak (subur) dan bila ia marah atau diganggu atau dimarahi oleh suaminya, lalu ia menyerahkan dirinya dan berkata, "Inilah tanganku terserah padamu, aku tidak akan dapat tidur, sehingga engkau rela kepadaku." (Thabrani).
Jika melihat hadits di atas, terlihat mudah sekali bagi seorang wanita muslimah untuk memasuki surga. Seolah-olah surga bagi wanita itu hanya dua langkah: Ridha Allah dan ridha suami. Itu saja. Namun untuk mendapatkan ridha Allah dan ridha suami tentu memerlukan perjuangan atas keimanan dan amal shalih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar