Sabtu, 09 Januari 2010

Wanita Shalihah dan Suami

Rasulullah saw. bersabda,
"Lihatlah, di manakah dirimu dari suamimu. Sesungguhnya ia (suamimu) adalah surgamu atau nerakamu." (Thabrani).
Allah berfirman, "Mereka (para istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu (para suami) adalah pakaian bagi mereka." (Al-Baqarah : 187).
Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Ibrahim Ali, bahwa tempat ketenangan bagi seorang suami adalah istrinya. Demikian juga sebaliknya. Ketenangan istri berada pada suaminya. Di antara keduanya akan terbentuk rasa kasih sayang dan rahmat. Ini merupakan nikmat Allah bagi manusia. Dan melalui pernikahan, Islam menghendaki agar hubungan antara lelaki dan wanita menjadi kuat, mantap dan kekal. Serta dapat menjadi pasangan yang bersatu dalam kerja, maksud, tujuan, serta tita-cita.

Sedangkan Syaikh Abdul Halim Hamid mengatakan bahwa Allah menghendaki dari seorang wanita shalihah agar menjadi penentram bagi suami dengan segala makna yang terkandung dalam lafazh 'tentram', yang meliputi: kepuasan, ketenangan, kebahagiaan, kedamaian dan seterusnya. Asma binti Khadijah ra. menasehati putrinya, ketika dilangsungkan pernikahannya, "Wahai anakku, kini engkau telah keluar dari sarang yang di situ engkau dahulu dilahirkan hingga menjadi besar. Kini engkau akan beralih ke suatu hamparan dan perumahan yang engkau belum mengenalnya. Dan engkau pun harus berkawan dengan seseorang yang belum tentu cocok denganmu. Itulah suamimu. Jadilah engkau sebagai tanah untuknya dan ia akan menjadi langit bagimu. Jadilah engkau sebagai lantai untuknya dan ia akan menjadi tiang bagimu. Janganlah engkau menyibukkannya dengan berbagai kesukaran, sebab itu akan menjadikan ia meninggalkanmu. Janganlah engkau terlampau menjauh darinya, agar ia tidak melupakan dirimu, tetapi kalau ia mendekatimu, maka dekatilah ia. Peliharalah suamimu itu dengan benar, baik hidungnya, pendengarannya, matanya dan lain-lainnya. Janganlah kiranya suamimu itu mencium sesuatu dari dirimu melainkan yang harum, Janganlah pula ia mendengar melainkan yang enak, dan jangan pula ia melihat melainkan yang indah dari dirimu.

Pada intinya, seorang istri hendaklah menjadi sendi utama di tengah rumah-tangganya. Seorang istri hendaknya banyak duduk di dalam rumahnya. Sedikit berbicara dengan tetangganya, dan jangan memasuki rumah tetangganya kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak. Seorang istri hendaknya menjaga suaminya, baik ketika ia bepergian ataupun ketika berada di rumah. Usahakanlah agar, suami selalu dalam keadaan senang dan ridha. Jangan sekali-kali istri mengkhianati suami dan hartanya. Jangan pula istri keluar dari rumahnya, kecuali dengan izinnya.
Jika ada seorang kawan suamimu datang ke rumahmu, dan ia berada di muka pintu, tetapi pada saat itu suamimu tidak ada, maka engkau tidak perlu mencoba bercakap-cakap dengannya. Hendaklah engkau selalu menjaga perasaan cemburu dirimu dan suamimu.
Seorang istri hendaknya merasa puas dengan apa yang ada pada suaminya mengenai apa yang direzeqikan Allah kepadanya. la harus mendahulukan hak suaminya di atas haknya sendiri serta hak keluarga lainnya."
Demikianlah nasehat seorang ibu yang budiman kepada putrinya, dalam kewajiban beliau untuk menjadikan putrinya sebagai istri yang shalihah dan taat kepada suaminya.

Di sini, ada beberapa hal yang selayaknya ditunaikan oleh setiap wanita shalihah terhadap suaminya dalam rangka meraih ridha Allah dan suami, sehingga menjadi bekal menuju surga baginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar